Kolonialisme Di Indonesia

Senin, 08 Januari 2018

Kolonialisme   dan   imperialisme   pada   dasarnya   merupakankan   suatu   sistem   pemerasan
yang dilakukan suatu bangsa terhadap bangsa lain. Sedangkan kolonialisme yang terdapat
di Indonesia dan bertahan dalam waktu yang cukup lama, memiliki ciri-ciri antara lain:
a.   Kekuasaan dalam bidang politik oleh penguasa.
     Penindasan dan pemerasan yang sempurna  tidak dapat dilaksanakan jika kekuasaan politik tidak dipegang kuat. Ini dilakukan oleh Belanda dengan cara pengawasan secara ketat dan cermat, untuk menjaga kemungkinan agar suatu kesempatan tidak dapat dikuasai oleh suatu bangsa.

b.   Penaklukan ekonomi
     Sistem  perekonomian dibentuk dalam suatu porsi tertentu, agar segala kepentingan penduduk terjajah sepenuhnya tergantung pada perusahaan yang dipegang atau dimiliki oleh penjajah.

c.   Pemisahan Sosial
     Hubungan antara penjajah dengan penduduk asli sangat jarang terjadi, karena penduduk asli dianggap tidak memiliki kepintaran apapun. Hal ini berakibat bahwa di daerah-daerah terjadi pemisahan hubungan antara manusia.

Sistem politik semacam ini mempunyai dampak yang sangat efektif, terbukti tidak saja terjadi pertentangan antar suku bangsa melainkan juga terjadi pertentangan antar lapisan masyarakat dalam suku bangsa.

Dalam lapangan politik pemerintah Belanda memanfaatkan kelas-kelas feodal (tuan-tuan tanah) sebagai tamengnya. Begitu pula golongan Cina digunakan sebagai tameng khusus dalam bidang ekonomi.

Keadaan semacam ini bagi pihak Belanda semakin mantap menancapkan kolonialisme imperialisme, apalagi dalam budaya masyarakat Indonesia sudah tertanam kuat sikap permusuhan di antara mereka sendiri pada saat itu.

Suasana merdeka rakyat Indonesia sebelum 17 Agustus 1945 sebenarnya sudah pernah dirasakan, di mana rakyat Indonesia terbebas dari pengaruh kekuasaan asing manapun juga. Keadaan ini terjadi di masa kerajaan-kerajaan masih berkuasa di Indonesia seperti kerajaan sriwijaya, Majapahit, Padjajaran dsb, di mana zaman keemasan kerajaan itu mempunyai kekuasaan yang luas hingga keseluruh Asia Tenggara.

Istilah "Nasional" yang dipakai pada kerajaan-kerajaan kurang tepat bila dibandingkan dengan isi pengertian nasional yang dimiliki bangsa Indonesia. Namun yang jelas bahwa suasana merdaka yang terbebas dari pengaruh asing manapun pernah dirasakan sebelum imperialisme Belanda dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Sejak imperialisme berkuasa di bumi Indonesia, bangsa Indonesia terus melakukan perlawanan inti yang digerakkan oleh kaum bangsawan, rohoniawan, pedagang, serta petani. Perlawanan ini membuktikan bahwa sistem pemerintahan yang bersifat imperialisme tidak dapat diterima Indonesia.

Ciri-ciri perlawanan bangsa Indonesia sejak dari abad 16 sampai dengan abad 19 tidak menyeluruh tetapi besifat lokal atau sporaodis. Perlawanan-perlawanan itu sangat banyak dan terkadang pula terjadi dalam waktu bersamaan dengan tempat yang berjauhan, sehingga perlawanan itu dapat dipatahkan oleh kaum kolonial.

Dari sinilah dapat dikatakan kesadaran untuk mengkoordinasi perlawanan-perlawanan terhadap kaum kolonial masih kurang, karena penerapan politik devide et impera oleh Belanda.

Sehingga konsep vassal atau negara bagian, kerajaan-kerajaan dan negara-negara yang ada di Indonesia dengan status berdaulat tidak ada karena dimatikan oleh Penjajah, tetapi banga Indonesia tetap ada sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan.

Moehammad Yamin pernah mengemukakan suatu istilah "Bangsa Indonesia ketika dijajah dinamakan bangsa budaya dan setelah merdeka dinamakan bangsa negara oleh kareana itu telah mempunyai negara sebagai perumahannya.”
        
Perlawanan yang terjadi sebelum abad ke-20 satu per satu dapat dipatahkan, ini disebabkon oleh kerapian dari organisasi kolonial atau penjajah. Masalah ini sebenarnya dilawan oleh rakyat Indonesia dengan sistem organisasi yang rapi, kekuatan yang tidak dimiliki tidak sebanding dengan yang dimiliki oleh kaum penjajah, tetapi dalam setiap pergerakannya selalu ada niat untuk mencapai Indonesia merdeka. Rasa kesadaran berbangsa dan bernegara akan terlihat jelas sejak adanya Sumpah Pemuda tahun 1928 yang merupakan refleksi kesadaran nasional bangsa Indonesia.

Usaha bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan itu secara umum dikenal dengan Pergerakan Kebangsaan atau Pergerakan Nasional, yang didukung oleh dua faktor:

1. Faktor Dalam Negeri (Intern)
   Seperti yang disebut di atas bahwa sistem pemerasan itu berjalan sangat lama di Indonesia. Dalam hal ini karena penjajah memperoleh keuntungan besar dan mereka yang diperas menderita kemiskinan, kelaparan, serta mengalami berbagai penyakit. Dalam keadaan seperti itu bangsa Indonesia mencari jalan keluar melalui bermacam-macam bentuk perlawanan untuk mendapatkan kebebasan dalam hidupnya tanpa adanya ikatan dari bangsa lain. Sehingga secara jelas dapat dikatakan bahwa penderitaan dan kesengsaraan merupakan faktor utama dari dalam negeri untuk mengadakan pergerakan kebangsaan Indonesia demi terwujudnya kemerdekaan.

2. Faktor Luar Negeri (Ekstern)
   Faktor luar negeri yang banyak berperan dalam mempercepat proses pergerakan politik di Indonesia, diantaranya :
 1.  Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905.
     Hal ini merupakan suatu prestasi luar biasa. Sebagai negara merdeka di Asia, Jepang mempunyai kesempatan yang sama dengan negara-negara Barat daIam memajukan dirinya. Hal ini dibuktikan ketika pertarungan bersejata dengan Rusia, sehingga kesan Barat terhadap jepang semakin positif.
 2.  Pergerakan Kebangsaan India
     Untuk mengorganisir kaum pejuang pergerakan di India, dihimpun suatu wadah yang bernama Partai Kongres. Partai ini berdiri pada akhir abad ke-19 dan bentuk parjuangannya sangat menarik perhatian bangsa Indonesia. Ketertarikan ini disamping sama-sama sebagai bangsa terjajah oleh bangsa Eropa, adaIah gerakan swadesi yang sangat besar pengaruhnya terhadap perjuangan rakyat Indonesia.
 3.  Pergerakan Nasional di Philipina
     Akhir abad ke-19 yaitu tahun 1898 bangsa Philipina mengadakan pemberontakan yang luar biasa hebatnya terhadap bangsa Spanyol yang menjajah Philipina, di bawah pimpinan Aquinaldo Mabini, yang berhasil membawa bangsa Philipina merdeka dengan sistem kenegaraan berbentuk Republik
 4.  Pergerakan Nasionalis Tiongkok (Cina)
     Pada tahun 1911 dr. Sun Yat Sen mendirikan Republik Tiongkok (Cina). Hal ini sangat berpengaruh terhadap orang-orang Cina di Indonesia, yaitu secara tidak langsung harus mengubah gaya hidupnya yang masih kolot. Hal ini merangsang pergerakan Indonesia untuk cepat membangun tanah airnya ke arah kemajuan dan kemerdekaan.